Jumat, 08 Juni 2018

CULTURE SHOCK


CULTURE SHOCK DILINGKUNGAN MAHASISWA DAN MASYARAKAT UMUM

A.      Pengertian Culture Shock
Dalam menjalani kehidupan, seseorang yang tinggal dalam suatu daerah, maka dia akan mempunyai kebudayaan ataupun kebiasaan daerah tersebut, sehingga merasa nyaman untuk tinggal disana. Akan tetapi kenyamanan itu akan lenyap sejalan dengan seumpama orang tersebut pindah ke daerah yang baru, dengan budaya, adat istiadat yang amat berbeda dengan tempat asalnya. Contohnya adalah orang indonesia yang menuntut ilmu (kuliah) di luar negeri, semisal negara jepang. Hidup di Indonesia dengan berbagai kebiasaan dan adat istiadatnya yang sudah menjadi bagian hidupnya seperti waktu yang sering telat, kebiasaan makan yang berbeda, logat berbicara khas indonesia seperti itu, tiba-tiba harus pergi ke negara yang memiliki kebudayaan sangat berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan membuat mahasiswa tersebut mengalami masa, dimana ia merasa tidak nyaman dan kaget dengan keadaan sekitar, atau yang biasa disebut dengan “culture shock atau shock culture”.


Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut “gegar budaya”, adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Istilah culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang sosiolog bernama Kalervo Oberg di akhir tahun 1960.  Ia mendefinisikan culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar lingkungan kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian, adanya perasaan cemas, hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial baru.

B.      Culture Shock Dilingkungan Mahasiswa

Tidak selamanya kita mencari ilmu di daerah kita sendiri.Ada kalanya kita harus mencari pendidikan didaerah lain atau bahkan sampai di negara lain. seseorang yang harus mencari ilmu / pendidikan di daerah lain jadi harus berpindah tempat tinggal. Keadaan tersebut membuat seseorang menghadapi masalah culture shock karena budaya dan lingkungan yang baru. Istilah tersebut digunakan untuk menjelaskan sebuah keadaan di mana kita shock karena budaya dan lingkungan yang baru.

Culture shock yang biasa dialami oleh mahasiswa baru yang mencari pendidikan di daerah lain:
1.     Khawatir tidak akan mendapat teman
2.     Tidak terbiasa dengan makanan dan minuman yang berbeda dengan didaerahnya
3.     Khawatir tidak bias mengikuti pelajaran yang diberikan dosen di kampus
4.     Kurang percaya diri
5.     Bahasa yang berbeda dengan daerahnya

C.      Culture Shock Dilingkungan Umum

Ada beberapa fase yang dialami oleh seseorang memasuki budaya yang baru, yaitu :

1. Fase honeymoon
Selama periode ini, perbedaan antara budaya lama dan baru terlihat dalam cahaya yang romantis. Misalnya, seorang individu pindah ke tempat baru, mungkin dia menyukai makanan baru, laju kehidupan, dan kebiasaan penduduk setempat. Selama beberapa minggu pertama, kebanyakan orang terpesona oleh budaya baru. Mereka bergaul dengan warga negara yang berbicara bahasa mereka, dan yang sopan untuk orang asing. Periode ini penuh dengan pengamatan dan penemuan-penemuan baru. 
2. fase Negosiasi
Setelah beberapa waktu (biasanya sekitar tiga bulan, tergantung pada individu), perbedaan antara budaya lama dan baru menjadi jelas dan dapat menciptakan kecemasan. Semangat akhirnya dapat memberikan cara untuk menyenangkan perasaan frustrasi dan kemarahan. Hambatan bahasa, perbedaan mencolok dalam kesehatan masyarakat, keselamatan lalu lintas, aksesibilitas dan kualitas makanan dapat meningkatkan rasa pemutusan dari sekitarnya.
Perubahan yang paling penting dalam periode ini adalah komunikasi. Orang menyesuaikan diri dengan budaya baru sering merasa kesepian dan rindu karena mereka belum terbiasa dengan lingkungan baru dan bertemu orang-orang dengan siapa mereka tidak akrab setiap hari. Hambatan bahasa dapat menjadi suatu hambatan yang besar dalam menciptakan hubungan baru.
3. fase Penyesuaian
Sekali lagi, setelah beberapa waktu (biasanya 6 sampai 12 bulan), tumbuh terbiasa dengan budaya baru dan mengembangkan rutinitas.  Seseorang menjadi peduli dengan hidup seperti biasa lagi, dan hal itu menjadi lebih "normal". Seseorang mulai mengembangkan kemampuan memecahkan masalah berurusan dengan budaya dan mulai menerima cara-cara budaya dengan sikap positif. Budaya mulai masuk akal, dan reaksi negatif dan tanggapan terhadap budaya berkurang.
4. fase Penguasaan
Pada tahap penguasaan seseorang mampu berpartisipasi penuh dan nyaman dalam budaya lokal. Penguasaan bukan berarti konversi total, orang sering membuat banyak ciri dari budaya mereka sebelumnya, seperti aksen dan bahasa.

D.     Cara mengatasi Culture Shock

Ada beberapa cara agar kita bisa menghindari dampak dari Culture shock, yaitu :
1.     Pelajari tempat barumu itu sebanyak mungkin.
Carilah informasi melalui internet, buku panduan, laporan berita, atau novel. Berbicaralah dengan orang-orang yang telah pergi kesana atau - lebih baik lagi - yang dari sana. Kenali budaya di sana sebanyak mungkin, apa yang dianggap sopan dan tidak, dan persiapkan dirimu untuk menemukan dan menerima perbedaan sebelum kamu pergi.

2.     Milikilah pikiran yang terbuka.

Jangan secara otomatis melihat sesuatu yang berbeda menjadi hal yang "salah". Tidak menghakimi seperti ini akan memungkinkan kamu untuk menjadi pengamat yang objektif dan akan membuat proses pemahaman budaya baru itu menjadi lebih mudah.

3.     Tuliskan hal-hal yang kamu sukai saat kamu pertama kali tiba.

Jika kita baru tiba di suatu tempat, biasanya kita akan menikmati keindahan tempat itu dan berbahagia karenanya. Tapi setelah tinggal cukup lama, perasaan itu dapat pudar. Dengan menuliskan hal-hal indah yang kamu temukan saat kamu pertama kali tiba, kamu dapat membacanya lagi nanti saat kamu mulai merasa tidak bahagia dengan tempat barumu itu. Di sini kamu bisa mendapat sedikit inspirasi atau pencerahan.

4.     Carilah kegiatan selingan yang sehat.

Ambilah waktu untuk dirimu sendiri. Kamu bisa menonton TV, memasak makanan Indonesia kesukaanmu, atau menelepon keluarga dan teman-teman dari kota asalmu. Kamu boleh kok merasa penat dengan tempat barumu itu, normal saja. Pastikan kamu bisa mencari kegiatan selingan yang sehat yang bisa kamu lakukan untuk tetap membangkitkan semangatmu itu.

5.     Libatkan dirimu dalam berbagai kegiatan lokal.

Doronglah dirimu untuk mencoba membuat teman baru. Bertemanlah dengan para orang lokal. Mereka dapat membantumu mempelajari dan memahami berbagai budaya baru itu. Jangan menjadi pasif dan diam saja di rumah. Ikutilah event seperti melihat pertandingan bola, pergi ke festival atau konser dan sebagainya. Jadikanlah tempat ini senyaman rumahmu sendiri.

6.     Cobalah melihat keadaan sekitarmu melalui perspektif orang lokal.

Pasti banyak hal yang kamu tidak mengerti atau kamu tidak sukai dari budaya baru itu. Tapi sebelum menghakimi, cobalah melihatnya dari sudut pandang orang lokal. Daripada menghakimi atau mencerca, cobalah untuk bertanya dan memahami. Pengertian seperti ini dapat berakibat baik dalam kesehatan mental dan kebahagiaanmu selama kamu ada di tempat ini.

7.     Berupayalah untuk mempelajari bahasa di sana.

Mempelajari bahasa baru punya banyak keuntungan. Kamu bisa lebih mengenal budaya di sana, bisa jadi lebih dekat dengan teman-teman barumu dan pasti akan jadi lebih mudah untukmu beradaptasi dengan kehidupan barumu di sana. Dan jika kamu kembali ke Indonesia nantinya, bahasa baru ini tetap akan menjadi keterampilan yang bisa kamu banggakan.

8.     Carilah rasa stabilitas itu.

Setelah tinggal cukup lama di suatu tempat, kamu akhirnya akan mengerti bagaimana caranya beroperasi di sana. Kamu tahu kemana kamu harus pergi, apa yang harus kamu lakukan, dan bagaimana caranya mendapatkan apa yang kamu inginkan. Ini artinya kamu telah beradaptasi. Temukanlah stabilitas itu agar kamu bisa merasakan kesuksesan dalam beradaptasi dengan budaya baru.

9.     Dan yang paling penting, tetaplah jadi orang yang humoris.

Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri jika kamu membuat kesalahan atau tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi sosial di budaya baru ini. Tertawakanlah dirimu sendiri dan orang lain akan tertawa denganmu. Orang di luar sana akan mengagumi kegigihan dan kekuatanmu, yang walaupun kamu salah, kamu tetap bisa positif dan berusaha terus. Dengan menjaga sifat yang positif demikian, kamu bisa menunjukan ke semua orang, bahwa kamu telah menaklukkan guncangan budaya itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Quantum Computing-Kelompok 2 4IA07

 Download PPT quantum computing disini : Quantum Computing - Kelompok 2 4IA07