CULTURE SHOCK DILINGKUNGAN MAHASISWA DAN MASYARAKAT
UMUM
A.
Pengertian Culture Shock
Dalam menjalani kehidupan,
seseorang yang tinggal dalam suatu daerah, maka dia akan mempunyai kebudayaan
ataupun kebiasaan daerah tersebut, sehingga merasa nyaman untuk tinggal disana.
Akan tetapi kenyamanan itu akan lenyap sejalan dengan seumpama orang tersebut
pindah ke daerah yang baru, dengan budaya, adat istiadat yang amat berbeda dengan
tempat asalnya. Contohnya adalah orang indonesia yang menuntut ilmu (kuliah) di
luar negeri, semisal negara jepang. Hidup di Indonesia dengan berbagai
kebiasaan dan adat istiadatnya yang sudah menjadi bagian hidupnya seperti waktu
yang sering telat, kebiasaan makan yang berbeda, logat berbicara khas indonesia
seperti itu, tiba-tiba harus pergi ke negara yang memiliki kebudayaan sangat
berbeda dengan yang ada di Indonesia. Hal tersebut akan membuat mahasiswa
tersebut mengalami masa, dimana ia merasa tidak nyaman dan kaget dengan keadaan
sekitar, atau yang biasa disebut dengan “culture shock atau shock
culture”.
Culture shock atau dalam bahasa Indonesia disebut “gegar
budaya”, adalah istilah psikologis untuk menggambarkan keadaan dan perasaan
seseorang menghadapi kondisi lingkungan sosial dan budaya yang berbeda. Istilah
culture shock dalam istilah sosial pertama kali dikenalkan oleh seorang
sosiolog bernama Kalervo Oberg di akhir tahun 1960. Ia mendefinisikan
culture shock sebagai “penyakit” yang diderita oleh individu yang hidup di luar
lingkungan kulturnya. Istilah ini mengandung pengertian, adanya perasaan cemas,
hilangnya arah, perasaan tidak tahu apa yang harus dilakukan atau tidak tahu
bagaimana harus melakukan sesuatu, yang dialami oleh individu tersebut ketika
ia berada dalam suatu lingkungan yang secara kultur maupun sosial baru.
B. Culture
Shock Dilingkungan Mahasiswa
Tidak selamanya kita
mencari ilmu di daerah kita sendiri.Ada kalanya kita harus mencari pendidikan
didaerah lain atau bahkan sampai di negara lain. seseorang yang harus mencari
ilmu / pendidikan di daerah lain jadi harus berpindah tempat tinggal. Keadaan
tersebut membuat seseorang menghadapi masalah culture shock karena budaya dan lingkungan yang baru. Istilah
tersebut digunakan untuk
menjelaskan sebuah keadaan di mana kita shock karena budaya dan lingkungan yang
baru.
Culture
shock
yang biasa dialami oleh mahasiswa baru yang mencari pendidikan di daerah lain:
1. Khawatir tidak akan
mendapat teman
2. Tidak terbiasa dengan
makanan dan minuman yang berbeda dengan didaerahnya
3. Khawatir tidak bias
mengikuti pelajaran yang diberikan dosen di kampus
4. Kurang percaya diri
5. Bahasa yang berbeda dengan
daerahnya
C. Culture
Shock Dilingkungan Umum
Ada beberapa fase yang
dialami oleh seseorang memasuki budaya yang baru, yaitu :
1. Fase
honeymoon
Selama
periode ini, perbedaan antara budaya lama dan baru terlihat dalam cahaya yang
romantis. Misalnya, seorang individu pindah ke tempat baru, mungkin dia
menyukai makanan baru, laju kehidupan, dan kebiasaan penduduk
setempat. Selama beberapa minggu pertama, kebanyakan orang terpesona oleh
budaya baru. Mereka bergaul dengan warga negara yang berbicara bahasa
mereka, dan yang sopan untuk orang asing. Periode ini penuh dengan
pengamatan dan penemuan-penemuan baru.
2. fase
Negosiasi
Setelah
beberapa waktu (biasanya sekitar tiga bulan, tergantung pada individu),
perbedaan antara budaya lama dan baru menjadi jelas dan dapat menciptakan
kecemasan. Semangat akhirnya dapat memberikan cara untuk menyenangkan
perasaan frustrasi dan kemarahan. Hambatan bahasa, perbedaan mencolok
dalam kesehatan masyarakat, keselamatan lalu lintas, aksesibilitas dan kualitas
makanan dapat meningkatkan rasa pemutusan dari sekitarnya.
Perubahan
yang paling penting dalam periode ini adalah komunikasi. Orang menyesuaikan
diri dengan budaya baru sering merasa kesepian dan rindu karena mereka belum
terbiasa dengan lingkungan baru dan bertemu orang-orang dengan siapa mereka
tidak akrab setiap hari. Hambatan bahasa dapat menjadi suatu hambatan yang
besar dalam menciptakan hubungan baru.
3. fase
Penyesuaian
Sekali
lagi, setelah beberapa waktu (biasanya 6 sampai 12 bulan), tumbuh terbiasa
dengan budaya baru dan mengembangkan rutinitas. Seseorang menjadi
peduli dengan hidup seperti biasa lagi, dan hal itu menjadi lebih
"normal". Seseorang mulai mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah berurusan dengan budaya dan mulai menerima cara-cara budaya dengan
sikap positif. Budaya mulai masuk akal, dan reaksi negatif dan tanggapan
terhadap budaya berkurang.
4. fase
Penguasaan
Pada
tahap penguasaan seseorang mampu berpartisipasi penuh dan nyaman dalam budaya
lokal. Penguasaan bukan berarti konversi total, orang sering membuat
banyak ciri dari budaya mereka sebelumnya, seperti aksen dan bahasa.
D. Cara
mengatasi Culture Shock
Ada
beberapa cara agar kita bisa menghindari dampak dari Culture shock, yaitu :
1. Pelajari tempat barumu itu sebanyak mungkin.
Carilah informasi melalui internet, buku
panduan, laporan berita, atau novel. Berbicaralah dengan orang-orang yang telah
pergi kesana atau - lebih baik lagi - yang dari sana. Kenali budaya di sana
sebanyak mungkin, apa yang dianggap sopan dan tidak, dan persiapkan dirimu
untuk menemukan dan menerima perbedaan sebelum kamu pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar